kemampuan untuk menampung dan mengalirkan fluida yang terkandung di dalamnya.
Dan hal ini dinyatakan dalam bentuk permeabilitas dan porositas. Porositas dan
permeabilitas ini sangat erat hubungannya sehingga dapat dikatakan bahwa permeabilitas
adalah tidak mungkin tanpa porositas walaupun sebaliknya belum tentu demikian, karena
batuan yang bersifat porous belum tentu mempunyai sifat kelulusan terhadap fluida yang
melewatinya. Sifat-sifat batuan yang lainnya adalah : wettabilitas, tekanan kapiler,
saturasi dan kompresibilitas batuan.
I. POROSITAS
Porositas merupakan ukuran ruang-ruang kosong dalam suatu batuan. Secara definitif
porositas merupakan perbandingan antara volume ruang yang terdapat dalam batuan
yang berupa pori-pori terhadap volume batuan secara keseluruhan, biasanya dinyatakan
dalam fraksi.
Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas absolut, adalah persen volume pori-pori total terhadap volume batuan total
(bulk volume)
2. Porositas efektif, adalah persen volume pori-pori yang saling berhubungan terhadap
volume batuan total (bulk volume).
Disamping itu menurut waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas primer, adalah porositas yang terbentuk pada waktu batuan sedimen
diendapkan.
2. Porositas sekunder, adalah porositas batuan yang terbentuk sesudah batuan
sedimen terendapkan.
Tipe batuan sedimen atau reservoir yang mempunyai porositas primer adalah batuan
konglomerat, batupasir, dan batu gamping. Porositas sekunder dapat diklasifikasikan
menjadi 3 golongan , yaitu :
1. Porositas larutan, adalah ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya proses
pelarutan batuan.
2. Rekahan, celah, kekar, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya
kerusakan struktur batuan sebagai akibat dari variasi beban, seperti : lipatan,
sesar, atau patahan. Porositas tipe ini sulit untuk dievaluasi atau ditentukan secara
kuantitatif karena bentuknya tidak teratur.
3. Dolomitisasi, dalam proses ini batugamping (CaCO3) ditransformasikan menjadi
dolomite (CaMg(CO3)2)
Menurut para ahli, batugamping yang terdolomitasi mempunyai porositas yang lebih
besar dari pada batugamping sendiri.
Besar-kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : ukuran butir
(semakin baik distribusinya, semakin baik porositasnya), susunan butir (susunan butir
berbentuk kubus mempunyai porositas lebih baik dibandingkan bentuk rhombohedral),
kompaksi, dan sementasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi porositas antara lain :
- Ukiran butir atau grain size
Semakin kecil ukuran butir maka rongga yang terbentuk akan semakin kecil pula
dan sebaliknya jika ukuran butir besar maka rongga yang terbentuk juga semakin
besar.
- Bentuk butir atau sphericity
Batuan dengan bentuk butir jelek akan memiliki porositas yang besar, sedangkan
kalau bentuk butir baik maka akan memiliki porositas yang kecil.
- Susunan butir
Apabila ukuran butirnya sama maka susunan butir sama dengan bentuk kubus dan
mempunyai porositas yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk rhombohedral.
- Pemilahan
Apabila butiran baik maka ada keseragaman sehingga porositasnya akan baik pula.
Pemilahan yang jelek menyebabkan butiran yang berukuran kecil akan menempati
rongga diantara butiran yang lebih besar akibatnya porositasnya rendah.
- Komposisi mineral
Apabila penyusun batuan terdiri dari mineral-mineral yang mudah larut seperti
golongan karbonat maka porositasnya akan baik karena rongga-rongga akibat
proses pelarutan dari batuan tersebut.
- Sementasi
Material semen pada dasarnya akan mengurangi harga porositas. Material yang
dapat berwujud semen adalah silika, oksida besi dan mineral lempung.
- Kompaksi dan pemampatan
Adanya kompaksi dan pemampatan akan mengurangi harga porositas. Apabila
batuan terkubur semakin dalam maka porositasnya akan semakin kecil yang
diakibatkan karena adanya penambahan beban.
Pengukuran porositas dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1. Pengukuran laboratorium dengan menggunakan sampel batuan (core).
2. Pengukuran dengan menggunakan logging tool, seperti neutron log, density log dan
sonic log.
Pengukuran porositas dilaboratorium akan dijelaskan pada bab ini sedangkan
pengukuran dengan log akan dijelaskan pada bab berikutnya. Pengukuran di lab
mengunakan sampel batuan yang sering disebut dengan sampel core, sampel core dapat
diperoleh pada waktu pengeboran.
Terdapat tiga besaran yang dapat diukur di laboratorium, yaitu: volume total, volume
pori dan volume butiran. Untuk perhitungan porositas hanya diperlukan dua antaranya,
pengukuran ketiga-tiganya hanya diperlukan untuk cross cek saja.
Volume total batuan/core sebenarnya dapat diukur dengan mengukur dimensinya kalau
saja bentuk sampel batuan tersebut beraturan seperti kubus, silinder. Untuk bentuk yang
tidak beraturan dimana pengukuran dimensi tidak dimungkinkan, maka pengukuran
dapat dilakukan dengan mengukur volume cairan yang terpindahkan kalau sampel
batuan dicelupkan kedalam suatu fluida tertentu. Gambar-gambar dibawah merupakan
alat untuk mengukur porositas.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar